Selasa, 03 November 2015

Financial Issue

Gak pernah bisa menabung...
Menabung susaah....
Gajian uangnya langsung habiss...
.

Itu bagian dari beberapa jeritan-jeritan hati saya dan orang kebanyakan saat ini. Tapi bermodalkan komitmen sebenarnya bisa untuk menabung, toh waktu semasa TK&SD saya sudah diajarkan oleh mamah papah saya untuk menabung di sekolah. 

****
SMA
Semenjak saya SMA saya sudah mulai belajar mengelola keuangan saya dari hasil uang saku yang diberikan oleh papah saya setiap harinya. Untungnya saat masa itu saya bukanlah tipikal anak sekolah yang doyan hangout, karena saya adalah tipikal orang yang mudah capean. Menurut saya sekolah berangkat pagi jam 6 dan pulang sampai rumah jam 2/4 itu sudah cukup menguras tenaga saya. Makanya saya bisa di bilang anak rumahan, lebih pilih cepat sampai rumah dan tidur/nonton drama korea.  Dan hasil dari mengelola keuangan uang saku saat itu, saya mampu membeli hal-hal keperluan saya itu semuanya sendiri. Dari mulai, baju sekolah, sepatu, tas, kebutuhan kewanitaan, underware, baju pergi dll.

KULIAH
Saya dididik oleh orang tua saya dari kecil ialah mandiri, dalam artian..segala hal yang saya pengen harus dengan perjuangan. Waktu kuliah semester pertama saat musim-musim nya gadget Blackberry dan saat itu saya masih baru dekat dengan BH yang diapun sudah menggunakan gadget hitss itu. Ada keinginan saya untuk mengganti gadget saya yang lama, tapi saya tahu hal itu tidak mungkin langsung dengan instan dibelikan mamah saya. Akhirnya saya melakukan lobby-lobby dengan mamah saya. Intinya sih saya harus bisa berprestasi! hmmmm

Oke saat itu juga saya membuktikan dihasil ujian semester saya, saya mendapatkan Nilai IP yang lumayan tinggi bagi pemula mahasiswa (3.55), saya pun dengan hati riang gembira segera memberitahukan mamah saya. Dan akhirnya mamah pun mau menambahi saya budget untuk mengganti handphone blackberry. Asiikkk hehe!

Menabung pun jadi hal yang berkelanjutan dalam hidup saya. Pada tahun 2011-2012 saat saya & BH memiliki rencana untuk berlibur ke bali. Saya mengajak BH untuk menabung (menyisihkan sebagian uang jajan kami), untungnya saya punya keahlian masak dan semenjak kuliah awal sampai akhir saya selalu bawa bekal dan mutlak hehe. Saya pun menyadari sulitnya BH saat itu untuk mulai terbiasa menabung (dan saya tahu laki-laki itu jajan makannya banyak, kalau harus menabung itu mungkin ujian terberatnya) saya pun memutuskan untuk memasakkan bekal untuk saya & BH setiap hari dengan menu-menu kesukaan BH supaya dia lebih semangat menabung dan senang untuk makan bekal ditengah-tengah teman-temannya kebanyakan ogah makan bekel. Serta agar uang saku kami tetap stay manis di dompet. hehe Setelah berbulan-bulan kami menabung alhamdulillah uang kami sudah cukup untuk kami pergi berlibur ke Bali, ekspetasinya itu luar biasaaa..karena bangga first trip jauh menggunakan pesawat pula dengan kocek hasil menabung. hehehe

****
Dan saat ini saya dan BH harus menabung untuk biaya pernikahan kami, kami harus semakin sadar bahwa pentingnya finacial planning bagi kehidupan jangka panjang didalam kehidupan kami. Dan masih belajar terus how to make it perfect! Financial issue adalah hal yang sangat bikin ribet pusing. BANGET! BH pun sedikit pernah menyesal selama 1 tahun pertama dia bekerja, income yang di terimanya tiap bulan hilang gak bebekas begitu aja. Dan akhirnya di tahun ke -2 dia bekerja dia bertekad untuk beli mobil sendiri (alasannya supaya saya sama dia kalau pergi gak kepanasan, gak ke ujanan hhehe). Padahal saya gak pernah menuntut BH untuk punya mobil, ataupun kemana-mana harus menggunakan mobil. Saya menikmati masa-masa saya harus naik motor berdua BH kemana pun. Itu menjadi kenangan saat kami memang hanya memiliki motor. Kalau pun harus pergi tidak memungkinkan dengan motor, saya & BH lebih memilih naik taksi atau rental mobil. BH tipikal yang jarang mau pakai fasilitas orang tuanya, kecuali mendesak. PROUD OF YOU BOY :)

Dari sekarang pun saya & BH mulai merancang financial untuk kehidupan setelah kami berumah tangga nanti. Karena saat ini aja dalam cash flow financial saya & BH kami masih suka ketar ketir gali lubang tutup lubangnya hehe. Padahal income kami berdua naik dari sebelumnya tapi selalu merasa kok masih kurang ya, kok abis terus ya, aduh gak cukup... bukan karena kita gak bersyukur, tapi kadang semakin income tambah semakin banyak pula kebutuhan yang bertambah. Itulah hakekatnya manusia, gak pernah merasa cukup...... 

Tapi Allah itu baik sekali, selalu menyelamatkan saya&BH dari segala kesusahan dan cobaan  financial (apalagi kalau saya&BH bokek ditanggal tua hehe).

Jadi sebagai bentuk syukur kami, setiap pengeluaran yang sifatnya untuk orang tua atau orang lain kami mikirnya ini sedekah (lillahi ta'ala), inshallah akan ada rezeki lebih dan lebih lagi kedepannya.

Saat ini saya masih belum mau menggunakan Jasa Finacial Planner. Bukannya gak butuh, mungkin butuh tapi nanti saat pengeluaran-pengeluaran saya&BH makin semerawut hehe. Berbekal logika dan pengalaman saja dulu deh saya mencoba ilmu-ilmu sebagai financial planner untuk saya&BH sendiri. Saya harus pintar-pintar mengatur keuangan financial karena nanti setelah menikah saya akan bertugas sebagai Menteri Keuangan bagi keluarga kecil saya, belum lagi kalau nanti punya anak, saya harus lebih jeli lagi mengaturnya (Dana kesehatan anak&pendidikan anak dll). Kalo kemarin saya kurang detail jelasin point-point penting dalam mengatur keuangan pribadi saya&BH, kali ini saya akan jelaskan point pentingnya :)

Apa saja point Financial Planning ?

  • Sedekah/Zakat adalah hal yang terpenting yang harus disisihkan 2,5% (kalau saya lagi kekurangan uang, saya lebih memilih bersedekah sebanyak-banyaknya, karena gak ada sejarahnya yang bilang sedekah itu bikin miskin justru semakin banyak memberi semakin banyak juga pintu-pintu rezeki yang terbuka untuk kita) Bijak! hehehe *belajar dari pengalaman..
  • Hutang/kewajiban membayar kartu kredit dsb (Awalnya saya & BH sepakat untuk gak pengen punya kartu kredit karena ngeri aja, tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya BH pun membuatnya, eiitss tapi bukan untuk di gesek tiap ada transaksi loh!) Perjanjiaanya saya&BH setiap kartu kredit ini terpakai, pas gajian point penting yg harus di bayar lunas setelah sedekah adalah kewajiban bayar kartu kredit ini.
  • Dana Investasi/dana tabungan 
  • Dana Darurat/Biaya tak terduga (saya terbiasa menggunakan beberapa ATM saya untuk menyimpan dana-dana darurat ini, jadi saya harus pinter-pinter nyisihin uang di setiap ATM, karena saat ini saya&BH masih menunda untuk menggunakan assurance proteksi dsb, kadang dana darurat ini bisa digunakan untuk hal-hal yang darurat. Misal untuk biaya berobat, ganti oli mobil dll.)
  • Biaya Hidup (Saya ilustrasikan biaya hidup ini semacam biaya hidup sehari-hari, biasanya saya buat beberapa kolom dengan keterangan point masing-masing misal : bensin motor, uang makan siang, service motor dll pengeluaran yang pokok-pokok setiap hari)
  • Gaya Hidup (Gaya hidup ini melingkupi biaya entertain saya&BH sabtu-minggu/holiday, yaaa hangoutlah, pergi kesana kesini, kuliner, BBM mobil, Tol dsb.)
Nah income yang masuk tiap bulan nya dibagi-bagi per item point diatas, misal masing-masing item masukin nominal 1jt-1,5jt. (dan ini harus dibikin semacam laporan, saya biasa buat di excel atau di coretan keramat yang bisa saya bawa kemana-mana/diselipin di dompet, jadi bisa di review tiap hari/bulannya, lalu di file-ling biar rapih).

Ini mengatur dan membantu saya&BH merencanakan skema keuangan kami, berapa yang harus kami sisihkan per bulan untuk menutup biaya hidup, gaya hidup hingga merealisasikan rencana-rencana kami. Ribet? Itu udah pasti. Pusing? Ya abisss masa gak pusing kalo ngomongin uang. haha Tapi mendingan bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, kan? 

Terakhir yang terpenting adalah "KOMITMEN" menabung itu sendiri. 
Dan satu hal yang selalu saya ingat-ingat, tujuannya nanti agar saya&BH (dan keluarga kecil kami nanti) punya kebebasan financial dan bebas dari bayang-bayang kesulitan ekonomi yang kian menjadi ancaman saat ini dan masa depan. Semangat!

Thanks for reading,
Regards..-Cila


0 komentar:

Posting Komentar